r e k t o r

peter tettero - red red wine (aiih lagunya jadul sekaliiii…!!)

Gw ngutip sebagian ahir dari pikiran rakyat hari jumat tanggal 11 agustus 2006

Siapa pun Rektor Unpad, Tugas Berat Menanti (heeeugh sia! =P)
……
Fasilitas Kuliah
Di lain pihak, sejumlah mahasiswa Unpad mengeluhkan fasilitas perkuliahan yang kurang memadai sehingga harus segera ditangani rektor terpilih. “Kalau dilihat sepintas terlihat Unpad banyak membangun fasilitas, tapi bagi mahasiswa reguler fasilitas kuliah masih memprihatinkan,” kata mahasiswa Fakultas Hukum (FH), Elhaidir.
Kampus FH Unpad di Jln. Dipati Ukur No. 35, kata Elhaidir, kurang memenuhi keinginan mahasiswa seperti penyediaan perpustakaan yang representatif maupun internet. “Buku-buku di perpustakaan FH meupun perpustakaan pusat sudah ketinggalan zaman. Jumlah buku-buku baru amat sedikit,” katanya.


Demikian pula akses internet yang disediakan fakultas terbatas jumlahnya dengan waktu akses amat lambat. “Masa untuk membuka internet butuh waktu lima menit. Daripada kesal memanfaatkan internet kampus lebih baik ke warnet meskipun haru bayar. Dana praktikum yang tiap semseter dipungut jug atidak jelas penggunaannya,” ucapnya.

Fasilitas kuliah yang masih memprihatinkan juga dikeluhkan mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad, Imanuddin. “Kondisi kampus Unpad Jatinangor kurang nyaman untuk kuliah. Jumlah bus milik Unpad untuk melayani transportasi dalam kampus masih minim sehingga marak angkot dan ojeg,” ujarnya.

Kondisi perpustakaan yang tidak lengkap dengan buku-buku keluaran lama juga dikeluhkan Imanuddin karena perpustakaan memegang peran strategis bagi perkuliahan. “Perkuliahan lebih banyak diisi oleh asisten dosen yang gelarnya masih S-1. padahal menurut UU Guru dan Dosen minimal dosen S-2,” katanya.

Sarana olah raga dan asrama mahasiswa seperti Pedca dan POMA, menurut Imanuddin, juga kurang terurus. “Di lain pihak Unpad membangun Balai Padjadjaran untuk asrama mahasiswa Malaysia dengan fasilitas lengkap,” katanya.

Sementara Herna mahasiswa FISIP program seleksi masuk Universitas Padjadjaran (SMUP) pun mengeluhkan hal yang sama. Padahal, sebagai mahasiswa jalur non-SPMB, dia telah membayar biaya perkuliahan jauh lebih mahal daripada biaya yang dikeluarkan mahasiswa jalur SPMB.
“Untuk biaya awal saja, saya harus membayar Rp 15 juta, itu belum termasuk sejumlah biaya lainnya. Untungnya biaya sebesar itu hanya perlu dibayar sekali. Tetapi, tetap saja biaya tersebut sangat mahal jika dikaitkan dengan layanan yang saya dapat selama setahun menjadi mahasiswa Unpad,” kata Herna.


Biaya yang tinggi, kata Herna, tidak menjadi masalah selama Unpad bisa menyediakan fasilitas belajar yang terbaik bagi para mahasiswanya. Yang terjadi, kata Herna, kondisi sejumlah kelas di Unpad cukup memprihatinkan.

mau komentar…
KENA LOOO…!!!
hihihi jahat yah?! Tapi mau gimana lagi.
Misalnya aja perpus. Di kampus gw, perpusnya cuma segede dua kelas digabungin. Isinya…isinya…?! Jangan tanya…bukunya kira2 ga lebih dari 10 rak kecil….BAYANGIN!!! 10 rak kecil eeh ga deng..kurang dari 10 rak buku AJA! Udah gitu..masa yang jaganya JUDES BANGEUD!!! Kan ceritanya gw mau ngambil ktm, eh sama doi ktm gw dilempar duong?! Yaaa…dibanting gitu deh. KAN GA SOPAAAN!!!! (huh! Esmosi niiih!! ESMOSI MEMBARA dengan brutalnya)

Udah gitu…wc-nyaaaa! Ga usah nanya. Gw juga bingung kudu komentar kaya gimana..speechless gila..! Mendingan juga wc jaman smp sama sma…lebih kerenan dikit. Salah…lebih kereeeen!
Tapinya yaa bingung juga ya. Protes ke dosen2 juga udah. Malah dosen2 sendiri ngeluh duluan…baru kita ngikut2 ngeluh hehehe. Tapi dosen sendiri ngaku katanya susah mau ketemu dekan. Jarang di kampus sih..!! ketemu dekan aja susah..apalagi ketemu rektor ya?!

Yaaa..moga2 rektor yang kepilih bener2 bijak (AMIIIN!!). soalnya ada baaaaaaanyak berita2 miring (ko hurufnya ikut miring?!) tentang unpad. Ini lah itu lah…klo ini gitu lah…klo gitu ini lah. Mudah2an rektor yang baru ini bisa nyelesein masalahnya satu2.

oya…bung rektor (eh atau jeng? =P) plissssss…. PehLISSSSSShjangan korupsi!!!!
Nyari duit itu susah bung! Apalagi jodoh! (knapa nyambung?!?!?)

2 comments:

  1. "Perkuliahan lebih banyak diisi oleh asisten dosen yang gelarnya masih S-1. padahal menurut UU Guru dan Dosen minimal dosen S-2,” katanya."


    gitu ya? padahal sih, (menurut sayah) klo emang dia qualified, dan bisa transfer ilmu dengan baik, kenapa nggak?
    misalnya, ada dosen saya yang baru s1, dan masih kul s2. tapi, transfer ilmunya jauh lebih baik dari dosen laen yang udah s2 bahkan kabarnya si dosen yang udah s2 itu ipknya 4 pas s2. tapi, tetep aja si dosen yang s2 itu tidak menyenangkan dan ga nyambung pas kuliah.

    so, saya rasa lulusan s1 mestinya ga masalah asal qualified dan bisa transfer ilmu dengan baik. (untuk jadi asdos ato dosen, ga asal "cring" langsung jadi. mereka pasti dah diseleksi sedimikian rupa, yang saya percaya, seleksi itu ga gampang)

    ReplyDelete
  2. sistem pendidikan di Indonesia ini serba coba2. Jadi, ngga menentu dan amburadul meskipun ngga semuanya.

    Saya sepakat dengan Anda, Jeng Sueb. Qualified itu penting sekali. Tapi, lagi2 saat ada sistem yang mengharuskan dosen bergelar S2, apa mo dikata meskipun dia bagus dan sayangnya masih bergelar S1.

    Setidaknya memacu buat yang ingin menjadi dosen, minimal harus kuliah S2. Ini bagus buat peningkatan lulusan yang semakin baik. Thanks.

    ReplyDelete